sii nupegg jelek. Diberdayakan oleh Blogger.

nononoviiiii atariii

TRANSUDAT EKSUDAT

Kenapa bisa jadi radang yaa ??

kalo sel-sel atau jaringan tubuh mengalami cedera atau mati, selama hospes tetap hidup ada respon yang menyolok pada jaringan hidup disekitarnya. Respon terhadap cedera ini dinamakan peradangan. Yang lebih khusus peradangan adalah reaksi vascular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis.
Peradangan sebenarnya adalah gejala yang menguntungkan dan pertahanan, hasilnya adalah netralisasi dan pembuangan agen penyerang,penghancuran jaringan nekrosis dan pembentukan keadaan yang dibutuhkan untuk perbaikan dan pemulihan. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang dikoordinasi dengan baik yang dinamis dan kontinyu. Untuk menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan khususnya harus memiliki mikrosirkulasi fungsional.
Jadi yang dimaksud dengan radang adalah rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan cedera.
Pada proses peradangan terjadi pelepasan histamine dan zat-zat humoral lain kedalam cairan jaringan sekitarnya.

# Akibat dari sekresi histamine tersebut berupa:
1. Peningkatan aliran darah lokal.
2. Peningkatan permeabilitas kapiler.
3. Perembesan ateri dan fibrinogen kedalam jaringan interstitial.
4. Edema ekstraseluler lokal.
5. Pembekuan cairan ekstraseluler dan cairan limfe.
Peradangan dapat juga dimasukkan dalam suatu reaksi non spesifik, dari hospes terhadap infeksi.

Pada setiap luka pada jaringan akan timbul reaksi inflamasi atau reaksi vaskuler.Mula-mula terjadi dilatasi lokal dari arteriole dan kapiler sehingga plasma akan merembes keluar. Selanjutnya cairan edema akan terkumpul di daerah sekitar luka, kemudian fibrin akan membentuk semacam jala, struktur ini akan menutupi saluran limfe sehingga penyebaran mikroorganisme dapat dibatasi.Dalam proses inflamasi juga terjadi phagositosis, mula-mula phagosit membungkus mikroorganisme, kemudian dimulailah digesti dalam sel. Hal ini akan mengakibatkan perubahan pH menjadi asam. Selanjutnya akan keluar protease selluler yang akan menyebabkan lysis leukosit.Setelah itu makrofag mononuclear besar akan tiba di lokasi infeksi untuk membungkus sisa-sisa leukosit.Dan akhirnya terjadilah pencairan (resolusi) hasil proses inflamasi lokal.

* Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon tubuh terhadap adanya gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan oedema (transudat), serta adanya inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat).

~EKSUDAT
* Cairan kaya protein dan sel darah putih yang tertimbun dalam ruang ekstravaskular sebagai akibat reaksi radang disebut eksudat.
Cairan yang terjadi akibat radang mengandung banyak protein sehingga berat jenisnya lebih tinggi daripada plasma normal. Begitu pula cairan radang ini dapat membeku karena mengandung fibrinogen. Cairan yang terjadi akibat radang ini disebut eksudat. 
Jadi sifat-sifat eksudat itu mengandung lebih banyak protein daripada cairan jaringan normal, berat jenisnya lebih tinggi dan dapat membeku.

~TRANSUDAT
* Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan kesetimbangan cairan badan (tekanan osmosis koloid, stasis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb).

cairan ini mengandung sedikit protein, berat jenisnya rendah dan tidak membeku.Transudat misalnya terjadi pada penderita penyakit jantung. Pada penderita payah jantung , tekanan dalam pembuluh dapat meninggi sehingga cairan keluar dari pembuluh dan masuk ke dalam jaringan.

~ Pemeriksaan cairan badan yang tersangka transudat atau eksudat bermaksud untuk menetukan jenisnya dan sedapat-dapatnya untuk mendapat keterangan tentang causanya.
Beda Eksudat dan Transudat
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya.
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak disebabkan proses peradangan/inflamasi).Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari 1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh.
Jenis-Jenis Eksudat
1. Eksudat non seluler
- Eksudat serosa
Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat nonseluler yang paling sederhana adalah eksudat serosa,yang pada dasamya terdiri dari protein yang bocor dari pembuluh-pembuluh darah yang permiable dalam daerah radang bersama-sama dengan cairan yang menyertainya. Contoh eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan luka melepuh.
- Eksudat fibrinosa
eksudat yang terbentuk jika protein yang dikeluarkan dari pembuluh dan terkumpul pada daerah peradangan yang mengandung banyak fibrinogen. Fibrinogen ini diubah menjadi fibrin, yang berupa jala jala lengket dan elastic (barangkali lebih dikenal sebagai tulang belakang bekuan darah). Eksudat fibrinosa sering dijumpai diatas permukaan serosa yang meradang seperti pleura dan pericardium dimana fibrin diendapkan dipadatkan menjadi lapisan kasar diatas membran yang terserang. Jika lapisan fibrin sudah berkumpul di permukaan serosa,sering akan timbul rasa sakit jika terjadi pergeseran atas permukaan yang satu dengan yang lain. Contoh pada penderita pleuritis akan merasa sakit sewaktu bernafas, karena terjadi pergesekan sewaktu mengambil nafas.
Mikroskopis eksudat ini mengandung serabut fibrin dan dalam sela – sela diantara serabut ini terdapat sel radang. Eksudat fibrinosa terjadi bila permeabilitas kapiler bertambah banyak, yaitu karena molekul – molekul fibrin besar dapat keluar dari kapiler dan menjadi bagian daripada eksudat.
- Eksudat musinosa (Eksudat kataral)
Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membran mukosa, dimana terdapat sel-sel yang dapat mengsekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain karena eksudat ini merupakan sekresi set bukan dari bahan yang keluar dari aliran darah. Sekresi musin merupakan sifat normal membran mukosa dan eksudat musin merupakan percepatan proses dasar fisiologis.Contoh eksudat musin yang paling dikenal dan sederhana adalah pilek yang menyertai berbagai infeksi pemafasan bagian atas.

2. Eksudat Seluler
- Eksudat netrofilik
Eksudat yang terutama terdiri dari neutrofil polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak sehingga bagian cairan dan protein kurang mendapat perhatian. Eksudat neutrofil semacam ini disebut purulen. Eksudat purulen sangat sering terbentuk akibat infeksi bakteri.lnfeksi bakteri sering menyebabkan konsentrasi neutrofil yang luar biasa tingginya di dalam jaringan dan banyak dari sel-sel ini mati dan membebaskan enzim-enzim hidrolisis yang kuat disekitarnya.Dalam keadaan ini enzim-enzim hidrolisis neutrofil secara harafiah mencernakan jaringan dibawahnya dan mencairkannya. Kombinasi agregasi netrofil dan pencairan jaringan-jaringan di bawahnya ini disebut suppuratif,atau lebih sering disebut pus/nanah.
pus ini terdiri dari :
- neutrofil pmn. yang hidup dan yang mati neutrofil pmn. yang hancur
- hasil pencairan jaringan dasar (merupakan hasil pencernaan)
- eksudat cair dari proses radang
- bakteri-bakteri penyebab
- nekrosis liquefactiva.
3. Eksudat Campuran
Sering terjadi campuran eksudat seluler dan nonseluler dan campuran ini dinamakan sesuai dengan campurannya.Jika terdapat eksudat fibrinopurulen yang terdiri dari fibrin dan neutrofil polimorfonuklear,eksudat mukopurulen, yang terdiri dari musin dan neutrofil, eksudat serofibrinosa dan sebagainya.

* Leukositosis terjadi bila ada jaringan cedera atau infeksi sehingga pada tempat cedera atau radang dapat terkumpul banyak leukosit untuk membendung infeksi atau menahan microorganisme menyebar keseluruh jaringan.
* Leukositosis ini disebabkan karena produksi sumsum tulang meningkat, sehingga jumlahnya dalam darah cukup untuk emigrasi pada waktu terjadi cedera atau radang. Karena itu banyak leukosit yang masih muda dalam darah, dalam pemeriksaan laboratorium dikatakan pergeseran ke kiriFungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon tubuh terhadap adanya gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan oedema (transudat), serta adanya inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat).

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
1. Hitung Jumlah Sel Lekosit
Metode : Kamar hitung Improved Neubauer atau Fuchs Rosenthal.
Tujuan : Untuk menghitung jumlah sel lekosit dalam cairan dan mengetahui bahwa sampel cairan tubuh tersebut transudat atau eksudat.
Prinsip : Jumlah sel lekosit dihitung berdasarkan pengenceran dalam larutan Pengencer dan jumlah sel dalam cairan dalam kamar hitung.
Alat : 1. Mikroskop
2. Kamar Hitung Improved Neubauer 3 mm x 3 mm x 0,1 mm atau Kamar Hitung Fuchs Rosenthal 4 mm x 4 mm x 0,2 mm
3. Pipet Lekosit
4. Kaca Penutup
Reagensia : 1. Larutan pengencer NaCl 0,9 %
2. Antikoagulan Natrium Citrat atau Heparin steril.
Bahan Pemeriksaan : Berupa Cairan yang berasal dari rongga perut, pleura, pericardium, sendi, kista, hydrocele, dsb yang didapat dengan mengadakan pungsi.
Prosedur Kerja :
1. Sampel didapat dengan mengadakan pungsi dan campur dengan antikoagulan.
2. Kocok dahulu sampel yang akan diperiksa supaya homogen.
3. Pipet NaCl 0,9 % dengan pipet lekosit sampai tanda 1 tepat.
4. Pipet sampel sampai tanda 11 tepat.
5. Kocok agar sampel dan larutan tercampur sempurna minimal 3 X selama +3 menit dengan putaran membentuk angka 8.
6. Bila segera dihitung buang beberapa tetes larutan dan teteskan pada kamar hitung. Biarkan mengendap 2-3 menit. Dan hitung didalam kamar hitung di bawah mikroskop. Dengan pembesaran sedang (10 X 45), sebanyak 4 kotak besar.
Perhitungan :
1. Dengan Kamar hitung Improved Neubauer
Jumlah sel lekosit = PDP X TKP X sel lekosit
KBH
PDP = Pengenceran dalam pipet
TKP = Tinggi Kaca Penutup
KBH = Kotak Besar yang dihitung
2. Dengan kamar hitung Fuchs Rosenthal
Jumlah sel lekosit dalam 9 kotak = a
Luas permukaan : 3 x 3 mm2 = 9 mm2
Dalam : 0,2 mm
Isi : 9 x 0,1 mm3 = 0,9 mm
Dalam 1 mm3 terdapat : 10/9 x a sel
Pengenceran : 10/9 kali
Jadi jumlah sel/1 mm3 = 10/9 x 10/9 x a sel
= 100/81 x a sel
= 5/4 x a sel

Catatan :
Kamar hitung dari Fuchs Rosenthal lebih teliti karena volumenya lebih besar. Kalau cairan berupa purulen tidak ada gunanya menghitung jumlah lekosit tindakan ini baiknya hanya dilakukan dengan cairan yang jernih atau yang agak keruh saja. Untuk cairan yang agak keruh, pilih pengenceran yang sesuai. Bahan pengencer sebaiknya larutan NaCl 0,9 % jangan menggunakan larutan turk, karena dapat menyebabkan terbentuknya bekuan dalam cairan.
Cairan yang berupa transudat biasanya mengandung kurang dari 500 sel/ul. Semakin tinggi angka itu semakin besar kemungkinan cairan tersebut bersifat eksudat.

B. Hitung Jenis Sel Lekosit.
Metode : Giemsa atau Wright Stain
Prinsip : Endapan cairan dibuat hapusan, kemudian diwarnai dengan pewarnaan tertentu (Giemsa/Wright) maka sel lekosit akan mengambil warna zat.Lalu dihitung dibawah mikroskop dengan pembesaran 1000X dalam 100 % sel lekosit.
Tujuan : Untuk mengetahui jenis sel lekosit dalam cairan/sampel, sehingga dapat menentukan jenis cairan tersebut (transudat/eksudat).
Alat : 1. Objek glass
2. Pipet tetes
3. Pipet ukur
4. Gelas ukur
5. Rak pewarnaan
6. Mikroskop
Reagensia : 1. Giemsa, komposisi :
- 1 gr giemsa
- 100 ml Metanol absolut
2. Wright, komposisi :
- 0,1 gr Wright (digerus)
- 60 ml Methanol absolut
3. Buffer phospat pH 7,2 :
- KH2PO4 6,63 gr
- Na2HPO4 3,2 gr
- Aquades add 1000 ml
Persiapan Reagen : 1. Giemsa
17 tetes stok larutan giemsa ditambah 5 ml aquades
Prosedur Kerja :
1. Sediaan apus dibuat dengan cara yang berlain-lainan tergantung sifat cairan itu:
- Jika cairan jernih, sehingga diperkirakan tidak mengandung banyak sel, pusinglah 10 Sampai 15 ml sampel 1500 rpm selama 10 menit
- cairan atas dibuang dan sediment dicampur dengan beberapa tetes serum penderita sendiri. lalu dibuat hapusan.
- Kalau cairan keruh sekali atau purulent, dibuat sediaan apus langsung memakai bahan itu. Jika terdapat bekuan dalam cairan, bekuan itulah yang dipakai untuk membuat sediaan tipis.
2. Difiksasi dengan metanol selama 2 menit, buang, cuci dengan aquades
3. Digenangi dengan zat warna Giemsa atau Wright selama 15 menit, buang sisa zat warna dan cuci dengan aquades, keringkan diudara.
4. Dihitung jenis sel atas 100-300 sel, di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000 X

Hasil : Transudat : Hanya sel mononuklear (limposit)
Eksudat : Ditemukan sel mononukleaar dan polimorfonuklear/ segmen

Catatan :
Hitung jenis ini hanya untuk membedakan limposit dan segmen. Hasil hitung jenis dapat memberi keterangan tentang jenis radang, yang menyertai proses radang akut hampir semua sel berupa segment. Semakin tenang proses itu semakin bertambah limpositnya, sedangkan radang menahun menghasilkan hanya limposit saja dalam hitung jenis.
Perbandingan banyak sel dalam golongan limposit dan sel polimorponuklear atau segment memberi petunjuk kearah jenis radang yang menyebabkan atau menyertai eksudat.

C. Pemeriksaan Bakteriologis ( gram stain )
Metode : Gram
Prinsip : Bakteri gram (+) akan mengikat warna ungu dari carbol gentian violet dan akan diperkuat oleh lugol sehingga pada saat pelunturan dengan alkohol 96 % warna ungu tidak akan luntur, sedangkan gram (-) akan Luntur oleh alkohol dan mengambil warna merah dari fuksin
Tujuan : Untuk mengetahui adanya kuman–kuman dalam sampel sehingga dapat menentukan jenis cairan tersebut apakah transudat atau eksudat
Alat : 1. Objek Glass
2. Pipet tetes
3. Bak dan rak pewarnaan
4. Mikroskop
Reagensia : 1. Carbol gentian violet 1 %
2. Lugol 1 %
3. Alkohol 96 %
4. Air Fuchsin 1 %
Prosedur Kerja :
1. Setetes sampel yang telah disentrifuge dibuat hapusan diatas objekglass, dan dikeringkan.
2. Diwarnai dengan karbol gentian violet selama 3 menit, dicuci
3. Ditambah lugol selama 1 menit, dicuci
4. Ditambah alkohol 96 %selama 30 detik, dicuci
5. Ditambah air fuchsin selama 2 menit, dicuci dan dikeringkan
6. Diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000 x
Catatan :
Transudat : Tidak ditemukan bakteri dan Eksudat : Ditemukan bakteri
Selain dengan pewarnaan gram, juga bisa dilakukan dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen untuk menemukan adanya bakteri clostridium.
Kalau akan mencari fungi (jamur) campur setetes sampel dengan KOH/NaOH 10% diatas objek glass, tutup dengan kaca penutup, biarkan selama 20 menit, kemudian periksa dibawah mikroskop.
Kesimpulan :
Dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis antara lain hitung jumlah dan hitung jenis sel lekosit serta adanya bakteri dalam cairan/sampel yang diperiksa, dapat menentukan jenis cairan tersebut apakah transudat atau eksudat, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosa.

Hal – hal yang harus diperhatikan :
1. Pengambilan dan pengiriman sampel
- Pengambilan sampel dilakukan secara pungsi yang berada disetiap rongga tubuh, dibentuk oleh kulit bagian bawah (debris), pengambilan harus dalam keadaan steril baik itu alat ataupun wadah sampel
- Pengiriman sampel dalam wadah tertutup rapat, steril, dan diberi etiket yaitu nama, lamanya sakit, waktu pengambilan, jenis peneriksaan yang diminta, Bila yang dikirim berupa preparat etiketnya ditempel dibelakang preparatnya.
2. Kualitas Reagensia.
- Reagensia tidak kadaluarsa, disimpan dalam botol coklat, bertutup rapat dan terlindung dari cahaya matahari langsung.
- Sebelum digunakan sebaiknya disaring terlebih dahulu.
3. Teknik Pemeriksaan
- Pemeriksaan sesuai dengan prosedur dan perlu ketelitian
- Perlu juga diperhatikan alat – alat yang digunakan dalam keadaan bersih dan kering, kondisi alat seperti pipet tidak pecah pada ujungnya begitu juga dengan kamar hitung.
- Lamanya waktu pewarnaan juga mempengaruhi terhadap sel yang diwarnai, untuk itu pada saat pewarnaan sesuai dengan waktunya.